Ketika Keramahan Justru Datang dari Masyarakat Bawah, Bukan dari Para Pemangku Jabatan
Table of Contents
Lingga|Kepri, Liputankeprinews.com —
Dalam dinamika politik dan sosial di Kepulauan Riau, satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah bahwa keramahan dan sopan santun justru masih melekat kuat di masyarakat lapisan bawah. Sementara itu, sebagian pejabat publik yang dulu datang "menjemput suara" dengan senyum dan janji, kini tak lagi menaruh perhatian pada warga yang pernah menjadi bagian dari keberhasilan mereka.
Fenomena ini tampak dalam kegiatan Lingga Maraton Kayaking Race 2025 yang berlangsung baru-baru ini. Saat rombongan tim kreatif lomba datang berkunjung ke Desa Langkap, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten, Provinsi Kepulauan Riau.mereka disambut hangat oleh masyarakat lokal yang dengan tulus menyapa, berbincang, dan berinteraksi penuh kekeluargaan.
Namun sayangnya, hal yang sama tidak ditunjukkan oleh perangkat desa setempat. Menurut pantauan tim, Kepala Desa Langkap dan Sekdes terkesan acuh dan menghindar dari kehadiran tamu, meski telah diberitahukan jauh hari terkait rencana kunjungan tersebut. Mereka tampak sibuk dengan urusan lain dan tidak menampakkan diri secara terbuka untuk sekadar menyapa tamu atau menunjukkan dukungan terhadap kegiatan yang membawa nama baik desa.
Salah satu anggota tim kreatif kegiatan mengungkapkan bahwa mereka hanya sempat duduk santai sejenak di desa tersebut, ditemani oleh beberapa warga yang tetap ramah dan terbuka. Usai itu, tim memutuskan untuk meninggalkan lokasi, mengingat tidak adanya sambutan atau keterlibatan resmi dari pihak desa pada hari itu, tepatnya tanggal 2 Agustus 2025.
Antusiasme warga, Dingin di Kalangan Elit
Peristiwa ini mencerminkan kontras yang menyolok antara sikap warga dan perangkat desa. Ketika masyarakat Langkap tetap menunjukkan semangat gotong royong dan keramahan yang tulus, para pejabat desa justru bersikap dingin, seolah tidak memiliki keterlibatan emosional terhadap kegiatan yang berpotensi mengangkat nama wilayah mereka.
Sikap seperti ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah pemimpin desa kini hanya peduli pada tamu atau kegiatan yang menguntungkan secara pribadi? Dan, lebih jauh lagi, apakah semangat melayani rakyat sudah mulai luntur setelah kursi jabatan berhasil diraih?
Refleksi untuk Pemimpin Desa
Sebagai pejabat publik, kepala desa sejatinya adalah pelayan masyarakat dan penjaga wajah desa di mata luar. Ketika ada kegiatan positif seperti Lingga Maraton Kayaking Race yang membawa energi wisata dan promosi daerah, dukungan dan kehadiran kepala desa seharusnya menjadi bentuk partisipasi aktif, bukan justru menunjukkan sikap pasif dan menghindar.
Masyarakat bisa membedakan siapa yang benar-benar pemimpin, dan siapa yang hanya mencari panggung saat pemungutan suara.
Penutup: Mari Kembalikan Jiwa Kepemimpinan yang Merakyat
Kejadian ini bukan sekadar keluhan, melainkan panggilan kesadaran agar para pemangku jabatan, terutama di tingkat desa, kembali menanamkan nilai-nilai pelayanan, keterbukaan, dan kerendahan hati. Karena pada akhirnya, jabatan adalah amanah. Dan masyarakat bawah yang selama ini dianggap kecil, justru seringkali menyimpan nilai-nilai luhur yang tidak lagi dimiliki para elit.
Keramahan dan sopan santun itu tetap hidup. Sayangnya, ia kini lebih mudah ditemukan di pondok warga, bukan di ruang kerja para pejabat.
---
📌 Ditulis oleh: Tim Redaksi LKN – berdasarkan laporan lapangan dan refleksi kegiatan Lingga Maraton Kayaking Race 2025
Posting Komentar